A.
Komponen
–Komponen Kurikulum
Kurikulum
dapat diumpamakan sebagai suatu organisme manusia maupun binatang, yang
memiliki susunan anatomi. Unsur atau komponen-komponen anatomi tubuh kurikulum
yang utama adalah tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian atau
media, serta evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain.
Suatu kurikulum harus memiliki
kesesuaian atau relevansi. Kesesuaian ini meliputi dua hal, pertama kesesuaian
antara kurikulum dengan tuntunan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan
masyarakat. Kedua kesesuaian antara komponen-komponen kurikulum, yaitu isi
sesuai dengan tujuan, proses sesuai dengan isi dan tujuan, demikian juga
evaluasi sesuai dengan proses, isi dan tujuan kurikulum.
1.
TUJUAN
KURIKULUM
Tujuan
kurikulum dirumuskan berdasarkan perkembangan tuntunan kebutuhan dan kondisi
masyarakatserta didasari oleh pemikiran-pemikiran dan terarah pada pencapaian
nilai-nilai filosofis, terutama filsafat Negara.
Dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikenal katagori tujuan sebagai berikut:
a.
Tujuan pendidikan nasional merupakan, tujuan
jangka panjang, tujuan ideal pendidikan bangsa Indonesia
b.
Tujuan Institusional merupakan sasaran
pendidikan sesuatu lembaga pendidikan
c.
Tujuan kurikulum adalah tujuan yang ingin dicapai
oleh sesuatu program studi
d.
Tujuan Instruksional merupakan target yang harus
sesuai mata pelajaran
Mengajar didalam kelas, tujuan-tujuan khusus lebih
diutamakan, karena lebih jelas dan mudah pencapaiannya ,serta dapat memberikan
gambaran yang lebih konkrit dan menekankan pada prilaku siswa,sedang perumusan tujuan umum lebih bersifat abstrak, pencapaiannya
memerlukan waktu yang lebih lama dan lebih sukar diukur.
Tujuan-tujuan mengajar dibedakan atas beberapa katagori, sesuai dengan prilaku
yang menjadi sasarannya. Bloom mengemukakan tiga katagori tujuan mengajar
sesuai dengan Domain-domain prilaku individu, yaitu domain kognitif,afektif,
dan psikomotor. Domain kognitif berkenaan dengan penguasaan kemampuan-kemampuan
intelektual dan berfikir . Domain afektif berkenaan dengan penguasaan dan
pengembangan perasaan,sikap,minat, dan nilai-nilai. Domain psikomotor
menyangkut penguasan dan pengembangan keterampilan-ketrampilan motorik.
Perumusan tujuan mengajar yang terbentuk tujuan khusus (Objective)
memberikan beberapa keuntungan:
a.
Memudahkan dalam mengkomunikasikan maksud
kegiatan mengajar kepada siswa.
b.
Membuat memudahkan guru-guru memilih dan
menyusun bahan ajar.
c.
Memudahkan guru menentukan kegiatan belajar dan
media mengajar.
d.
Memudahkan guru mengadakan penilaian
2.
BAHAN
AJAR
Tujuan utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan-lingkungan,orang-orang,alat-alat,ide-ide,
untuk mendorong siswa melakukan interaksi yang produktif dan memberikan
pengalaman belajar yang dibutuhkan.
Ada beberapa cara untuk menyusun rekuens bahan ajar yaitu:
1)
Sekuens kronologis untuk menyusun bahan ajar
yang mengandung urutan waktu
2)
Kausal siswa diharapkan pada peristiwa situasi yang menjadi sebab atau pendahuluan
dari sesuatu peristiwa atau situasi lain.
3)
Sekuens structural bagian-bagian bahan ajar
suatu bidang studi telah mempunyai struktur.
4)
Sekuen logika dan psikologi menurut sekuens logika bahan ajar dimulai dari bagianmenuju
pada keseluruhan dari yang
sederhana kepada yang kompleks,tetapi
menurut sekuens psikologis sebaliknya
dari keseluruhan kepada bagian dari yang komplek kepada yang sederhana.
5)
Sekuens spiral bahan ajar dipusatkan pada topic dan pokok bahan.
6)
Rangkaian kebelakang mengajar dimulai dengan
langkah terakhir dan mundur kebelakang.
7)
Sekuens berdasarkan hierarki belajar prosedur
model ini adalah tujuan-tujuan khusus utama pembelajaran dianalisis kemudian
dicari suatu hierarki urutan bahan ajar untuk mencapai tujuan tersebut.
3.
STRATEGI
MENGAJAR
Adabeberapa strategi yang dapat digunakan dalam
mengajar yaitu sebagai berikut:
a.
Reception/ exposition learning-diseoveri
learning
·
Exposition atau reception learning keseluruhan
bahan ajar disampaikan kepada siswa dalam bentuk akhir atau bentuk jadi , baik
secara lisan maupun tulisa.siswa tidak dituntut untuk mengolah atau melakukan
aktifitas lain kecuali menguasainya.
·
Discoveri learning bahan ajar tidak dirajikan
dalam bentuk akhir,siawa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun
informasi,membandingkan,mengkatagorikan,menganalisis,mengiluterasikan,mengorganisasikan
bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.
b.
Rete learning-meaningful learning
·
Rate learning bahan ajar disampaikan kepada
siswa tanpa memperhatikan arti atau maknanya bagi siswa,siswa menguasai bahan
ajar dengan menghafalkannya.
·
Meaningful learning menyampaikan bahan
mengutamakan maknaya bagi siswa.
c.
Broup learning-individual learning
4.
MEDIA
MENGAJAR
Media mengajar merupakan,segala macam bentuk perangsang dan
alat yang disediakan guru untuk mendorong siswa belajar
Pengelompokan media mengajar menurut
Rowntree (1974:104-113) adalah:
a.
Interaksi insani,komunikasi langsung antara dua
orang atau lebih
b.
Realita, dalam interaksi insani siswa
berkomunikasi dengan orang-orang,sedangkan dalam realita orang-orang tersebut
hanya menjadi objek pengamatan,objek studi siswa
c.
Pictural,menunjukkan penyajian berbagai bentuk
variasi gambar dan diagram nyata ataupun simbol,bergerak dan tidak,dibuat
diatas kertas,film,kaset,disket dan media lainnya
d.
Simbol tertulis media penyajian informasi yang
paling umum,tetapi tetap efektif
e.
Rekaman suara,berbagai bentuk informasi dapat
disampaikan kepada anak dalam bentuk rekaman suara
5.
EVALUASI
PENGAJARAN
Evaluasi yang dievaluasi dalam pengajaran bukan hanya hasil
belajar mengajar tetapi keseluruhan pelaksanaan pengajaran yang meliputi
evaluasi komponen tujuan mengajar,bahan pengajaran (yang menyangkut sekuens
bahan ajar),strategi dan media pengajaran serta komponen evaluasi mengajar
sendiri.
Untuk mengevaluasi komponen-komponen dan prises pelaksanaan
mengajar bukan hanya digunakan tes tetapi juga digunakan bentuk-bentuk
nontes,seperti observasi,studi documenter,analisis hasil pekerjaan,angket dan
checklist.
6.
PENYEMPURNAAN
PENGAJARAN
Hasil-hasil evaluasi,baik evaluasi hasil belajar, maupun
evaluasi pelaksanaan mengajar secara keseluruhan,merupakan umpan balik bagi
penyempurnaan-penyempurnaan lebih lanjut.sesuai dengan komponen-komponen yang
dievaluasi,pada dasarnay semua komponen mengajar mempunyai kemungkinan untuk
disempurnakan,tergantung pada kesimpulan hasil evaluasi.
B.
DESAIN
KURIKULUM PAI
Berkaitan dengan era globalisasi
yang cenderung pada perubahan yang sangat cepat dan ketidak pastian ini,maka
lembaga pendidikan islam memerlukan suatu desai kurikulum yang berorientasi
pada masa depan,memiliki fleksibilitas tinggi,diversifikasi keahlian,serta
mudah disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan tuntutan masyarakat.
Fleksibilitas dan adap tabilitas
program ini merupakan salah satu factor yang dapat meningkatkan relevansi
kurikulum,yaitu kurikulum yang dapat berlaku pada masa sekarang dan dapat pula
disesuaikan untuk masa depan.
Kurikulum
PAI dapat didesain:
Ø
disesuaikan dengan kebutuhan lingkungan sekolah
tersebut berada.Strategi yang dilakukan adalah menjalin suatu kerja sama dengan
badan – badan pemerintah swasta , kemudian diikat dalam suatu kurikulum yang
diajarkan dikelas maupun diluar kelas .Bahkan siswa diajarkan langsung oleh
tenaga ahli dari badan tersebut. Kurikulum tidak hanya sampai pada upaya untuk
membuat orang lain cerdas dalam ilmu,tetapi juga harus produktif didalam ilmu.
Ø
memahami aspek-aspek fundamental dari perubahan
sikap dan nilai dari unsure yang menilai kurikulum pendidikan.
Ø
memahami secara benat berbagai aspek yang
menyangkut pondasi-pondasi pendidikan seperti aspek-aspek filosofis,budaya
masyarakat,supaya tidak terjadi jurang pemisah antara sekolah dan masyarakat
dilingkungannya.
Ø
dalam otonomi bidang pendidikan,kurikulum harus
bersifat resposif terhadap arahan nasional disatu pihak dan dipihak lain harus
akomodatif terhadap tuntutan local karena kurikulum yang sentralistik telah
membuat siswa menjadi asik dilingkungannya sendiri.hal ini dapat dilakukan
dengan menawarkan berbagai mata pelajaran yang dapat mengakomodasi berbagai
kebutuhan,keinginan,minat,dari kemampuan siswa yang bervariasi.
Ø
substansi kurikulum hendaknya membuka
kemungkinan vertical yang mengacu pada struktur keilmuan dan pengembangan
horizontal yang mengacu pada keterkaiatan dan relevansi antara bidang keilmuan.
Ø
sebelum menyusun kurikulum hendaknya diadakan
penelitian terlebih dahulu mengenai kebutuhan stake holder primer (siswa) dan
tersier (dunia kerja). Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan inilah kemudian
ditetapkan kompetensi-kopetensi apa disajikan sebagai jasa pendidikan.
Penerapan materi atau bahan kurikulum
|
Harus mempertimbangkan kesesuaian dengan tingkat
perkembangan siawa
|
Karena diperlukan kesesuian tingkat
perkembangan,cakupan kurikulum PAI harus dibedakan pada masing-masing tingkat
(SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi) dan jenis sekolah yang ada.
Ø
terintegrasinya ilmu pengetahuan umum kedalam
islam melalui desain kurikulum dibarengi dengan srtategi pembelajaran dan perlu
dikembangkan beberapa pendekatan supportif,evidentif,dan rasionalistik.
ü
Pendidikan supportif > membantu siswa sebagai
calon ilmuan dalam mengembangkan pengetahuan melalui proses penemuan potensi
menuju kemandirian dan kemantapan diri sebagai pribadi yang utuh.
ü
Pendekatan evidentif > melihat bahwa ilmu
pengetahuan itu selalu berkembang menuju titik kesempurnaan, akan lahir yang
inovatif.
ü
Pendekatan rasionalistik > melihat bahwa
proses pendidikan merupakan konsekuensi prinsip idealis eksternalisasi diri
siswa dengan sejumlah harapan peran yang dicita-citakan.
Ø
Peran kurikulum perlu berakar pada pandangan
filosofis masyarakat yang mempertanyakan aspek-aspek seperti apa yang menjadi
pengetahuan yang perlu dikembangkan sehingga sesuai dengan budaya
masyarakat.aspek dari potensi dari individu yang patut untuk dikembangkan
kedalam proses pembelajaran, dan seperti
apa sifat metode belajar yang perlu dikembangkan untuk mencapai tujuan-tujuan
pendidikan yang diinginkan oleh masyarakat .
Proses
pembelajaran PAI buka berdasarkan pada asumsi bahwa pembelajaran adalah
merupakan transfer informasi saja tetapi pemblajaran merupakan suatu proses
memperdayakan atau mengaktifkan siswa. Dengan demikian, perlu adanya interaksi
yang aktif dan partisipatif antara siswa
dan materi atau dengan situasi akademik tertentu sehingga materi pembelajaran
dapat difransformasikan menjadi pengalaman siswa. Artinya sasaran akhir dari
kurikulum adalah pembelajaran
(learning),bukan pengaran (teacing)
(learning),bukan pengaran (teacing)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar