IMAN
KEPADA ALLAH
A.
PENGERTIAN
IMAN KEPADA ALLAH
Iman
kepada Allah adalah mengakui adanya Allah yang maha pencipta semua mahkluk,
pada hakikatnya iman kepada Allah bagi manusia sudah terjadi ketika manusia
sudah terjadi ketika manusia iyu dilahirkan, manusia membutuhkan perlindungan
atau pertolongan yang sifatnya mutlak[1]
Zat
Allah adalah sesuatu yang ghaib, akal manusia tidak mungkin dapat memilarkan
zat Allah, oleh sebab itu mengenai adanya
Allah, kita harus puas dengan apa yang di jelaskan Allah melalui
firman-firmannya dan bukti-bukti berupa adanya alam semesta ini, akal pikiran
manusia dapat di gunakan untuk memikirkan dan merenungkan alam ciptaan tuhan,
dengan di dukung oleh keterangan – keterangan ayat-ayat Al-Quran dan sunnah
Rasullah , akan bertrambah subur iman seseorang kedudukan dan keteguhan iman
sangat besar artinya dalam kehidupan seseorang. Iman yang teguh akan membuahkan
sikap ihklas dan bersyukur dengan demikian seseorah yang teguh imannya
senantiasa akan meras tenteram sebagaiman firman Allah (Q.S Ar-Ra’du: 28)
الَّذِينَ ءَامَنُوا وَتَطْمَئِنُّ
قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ(28)
(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.
1.
Dasar beriman kepada Allah
Jika
di perhatikan proses pengamatan manusia, mula-mula panca indera menerima
rangsangan dari luar , kesan dan rangsangan itu disalurkan ke otak, otak
menerima dan menyadari rangsangan itu, lalu meminta pertimbangan kepada hati,
hasil pertimbangan dilaporkan kembali ke otak, melalui saraf, otak
mengintruksikan anggota tubuh untuk berbuat[2]
Semua
kesan / rangsangan dari luar tentang alam ini dipertimbangkan oleh hati, hati yang
memberi pertimbangan atau berkeyakinan untuk berbicara berbuat, adanya alam
semesta ini dan zat yang menciptakannya, yakni Allah di yakini oleh hati.
Keyakinan ini di ikuti dengan ucapan pengakuan akan adanya Allah serta
dibarengi pula dengan perbuatan berupa amal ibadah kepadanya, pengakuan hati
merupakan dasar iman. Perlu di ingat bahwa hanya pengakuan tidak akan ada
artinya tanpa ucapan lisan dan pengalaman anggota badan, sebab pengakuan hati,
pengucapan lisan dan pengalaman anggota badan merupakan satu kesatuan yang tak
dapat di pisahkan.
Namun demikian untuk mencapai iman yang benar tidak
cukup adanyan dengan pengakuan hati,pengucapan lisan dan mengamalkan angota
badan tetapi juga harus di padukan dengan tuntunan oleh Allah (Alquran)serta
hadis rasullulah
2.Cara
beriman kepada Allah
a.Bersifat
Ijamli
cara
beriman bersifat ini,maksudnya mempercayai Allah secara umum atau secara garis
Allah,kita percaya akan allah itu ada dan allah maha pencipta,maha
pengatur,maha pengusa hanya Allah yang pantas di sembah oleh manusia dan
meminta pertolongan dan tempat manusia akan kembali.
b.Bersifat
Tafsili
Cara
beriman dengan tafsili yaitu mempercaiyai Allah secara terperenci,mempercai
dengan sepenuh hati bahwa Allah mempunyai sifat wajib,dan Allah,mempunyai sifat
mustahil yang jumlahnya sama dan memiliki sifat jaiz dalam hal kutrat dan
iradatnya.
B.
Bukti-Bukti adanya Allah
1.hakikat
manusia sebagai makluk yang bertuhan
Pada
hakikat manusia membutuhkan yang maha kuasa tempat berlindung dan semua agama
mengakui adanya tuhan
2.ayat-ayat
Alquran
Di
dalam kitap alquran terdapat ayat-ayat adanya Allah tuhan yang maha kuasa di
antaranya:
a.surat
Albaqarah ayat 163
وَإِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ
إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ(163)
Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa;
tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi
Maha Penyayang.
b.surat
ar rum ayat 25
وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ تَقُومَ
السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِذَا دَعَاكُمْ دَعْوَةً مِنَ الْأَرْضِ
إِذَا أَنْتُمْ تَخْرُجُونَ(25)
Dan
di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi dengan
iradat-Nya. Kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi,
seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).
c.surat
arrad ayat 2 s/d 4
اللَّهُ الَّذِي رَفَعَ السَّمَوَاتِ
بِغَيْرِ عَمَدٍ تَرَوْنَهَا ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى يُدَبِّرُ الْأَمْرَ يُفَصِّلُ
الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ بِلِقَاءِ رَبِّكُمْ تُوقِنُونَ(2)وَهُوَ الَّذِي مَدَّ الْأَرْضَ
وَجَعَلَ فِيهَا رَوَاسِيَ وَأَنْهَارًا وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ جَعَلَ فِيهَا
زَوْجَيْنِ اثْنَيْنِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ
لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ(3) وَفِي
الْأَرْضِ قِطَعٌ مُتَجَاوِرَاتٌ وَجَنَّاتٌ مِنْ أَعْنَابٍ وَزَرْعٌ وَنَخِيلٌ
صِنْوَانٌ وَغَيْرُ صِنْوَانٍ يُسْقَى بِمَاءٍ وَاحِدٍ وَنُفَضِّلُ بَعْضَهَا
عَلَى بَعْضٍ فِي الْأُكُلِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَعْقِلُونَ(4)
Allah-lah
Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia
bersemayam di atas `Arsy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing
beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya),
menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu)
dengan Tuhanmu. Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan
gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua
buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
kaum yang memikirkan. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian
yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma yang
bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami
melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang
rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berfikir.
3.kejadian
alam semesta
Akal
yang sehat tentu akan menyandari bahwa adanya sesuatu adanya yang mengadakannya.demikiaan
pula dengan alam semesta ini beserta isi nya pasti ada yang menciptakan dan
pencipta jagat raya ini pasti zat pencipta alam surat Ibrahim ayat 23 Allah
berfirman
4.kejadian
manusia
Lewat
kejadian manusia terbukti manusia di ciptakan oleh zat maha kuasa.tidak mungkin
manusia ada dengan sendirinya Allah berfirman Almukminun ayat 12-14
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ
سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ(12)ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ(13)ثُمَّ
خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا
الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا
ءَاخَرَ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ(14)
Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari
tanah. Kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh
(rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah,
lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan
daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha
Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
C. Aspek-Aspek
yang mencakup iman kepada Allah SWT
Adapun
yang mencakup aspek iman kepada Allah SWT ialah[3]:
1. Iman
Akan adanya Allah
Kebesaran
Allah ini dapat dibuktikan oleh fitrah, akal, syara’ (Al-Quran dan Hadis)
danperasaan, hal ini sebagaimana terperinci di dalam poin-poin berikut ini :
a. Dalil
kebesaran Allah berdasarkan fitrah.
Semua
mahkluk di ciptakan oleh Allah dalam
keadaan beriman kepada penciptanya, tanpa melalui proses berputar. Seseorang
tidak akan berpaling dari fitrah ini kecuali jika ada sesuatu yang memalingkan
hatinya dari fitrah tersebut. Sebagaimana sabda nabi
“tidak
ada anak yang terlahir kecuali di lahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua
orang tuanya yang menjadikannya Yahudi dan Nasrani atau Majusi(H.R Bukhari)
b. Dalil
Keberadaan Allah Berdasarka Akal
Semua makhluk baik yang pada zaman dulu pmaupun yang kan dating pasti membutuhkan
pencipta yang menciptakannya. Sedang mereka tidak mungkin ada dengan sendirinya
atau mungkin ada secara kebetulan.
Allah telah menyebutkan dalil ‘aqli (aqal) dan bukti yang qath’I (pasti)
pada surah at-thur yang artinya : “ apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun
ataukah mereka yang menciptakan diri mereka sendiri”.
Maksudnya ialah bahwa mereka tidak mungkin diciptakan tanpa ada yang
menciptakannya. Dan tidak mungkin mereka menciptakan dirinya sendiri sehingga
tidak ada yang lain kecuali Allah lah yang menciptakannya.
2. Mengimani
Allah Sebagai Rabbi
Maksudnya ialah mengimani bahwa Allah satu-satunya Rabbi, dimana tidak ada
sesuatu ataupun penolong baginya dalam masalah ini. Yang dimaksud dengan rabi
adalah zat yang menciptakan, menguasai dan memerintah, yaitu tidak ada pencipta
selain Allah, tidak ada raja kecuali Allah dan hak memerintah hanya miliknya
semata.
Allah berfirman : Q.S Al-A’raf : 54
إِنَّ رَبَّكُمُ
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ ثُمَّ
اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يُغْشِي اللَّيْلَ النَّهَارَ يَطْلُبُهُ حَثِيثًا
وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ وَالنُّجُومَ مُسَخَّرَاتٍ بِأَمْرِهِ أَلَا لَهُ
الْخَلْقُ وَالْأَمْرُ تَبَارَكَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ(54)
Sesungguhnya
Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas `Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang
mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah,
menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta
alam.
Q.S Fathir : 13
يُولِجُ اللَّيْلَ
فِي النَّهَارِ وَيُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ
وَالْقَمَرَ كُلٌّ يَجْرِي لِأَجَلٍ مُسَمًّى ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ
الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ(13)
Dia
memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan
menundukkan matahari dan bulan, masing-masing berjalan menurut waktu yang
ditentukan. Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan.
Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa
walaupun setipis kulit ari.
Dalam hal ini tak ada seorang pun manusia yang meningkari bahwa Allah
adalah Rabbi kecuali orang-orang yang sombong yang ia sendiri tak yakin dengan
apa yang ia katakan.
3. Mengimani
Allah sebagai Illah
Maksudnya
adalah mengimani bahwa Allah adalah satu-satunya Illah yang sebenarnya dan
tidak ada sekutu baginya. Yang dimaksud dengan Illah ialah Al-ma’luuh atau
Al-Ma’buud yang berarti zat yang disembah oleh manusia dengan maksud untuk
mencintai dan mengangungkannya. Allah berfirman (Q.S Al-Baqarah
: 163)
وَإِلَهُكُمْ
إِلَهٌ وَاحِدٌ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الرَّحْمَنُ الرَّحِيمُ(163)
Dan Tuhanmu
adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Al-Imran :
18
شَهِدَ اللَّهُ
أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ وَالْمَلَائِكَةُ وَأُولُو الْعِلْمِ قَائِمًا
بِالْقِسْطِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(18)
Allah
menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia,
Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan
Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
4. Mengimani
sifat-sifat dan Nama-nama Allah
Maksudnya
Adalah menetapkan dan nama-nama sifat yang telah ditetapkan oleh Allah untuk
dirinya sendiri baik dalam tetapnya maupun dalam sunnah Rasulnya. Tentunya
dengan gambaran yang sesuai dengan keagungan Allah, tanpa harus merubah,
mengingkari, memuaskan, tentang bentuk atau caranya ataupun menyerupakannya
dengan sesuatu apapun. Allah SWT berfirman :
(Q.S
Al-A’raaf : 180)
وَلِلَّهِ
الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى فَادْعُوهُ بِهَا وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي
أَسْمَائِهِ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ(180)
Hanya milik
Allah asma-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna
itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan.
(Q.S Ar-Rum
: 27)
وَهُوَ الَّذِي
يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ وَلَهُ الْمَثَلُ
الْأَعْلَى فِي السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ(27)
Dan Dialah
yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan
(menghidupkan) nya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah
bagi-Nya. Dan bagi-Nyalah sifat yang Maha Tinggi di langit dan di bumi; dan
Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
(Q.S
As-Syura : 11)
قَوْمَ فِرْعَوْنَ
أَلَا يَتَّقُونَ(11)
(yaitu) kaum
Fir`aun. Mengapa mereka tidak bertakwa?"
D.
Sifat-sifat Allah
Sifat-sifat
yang baik bagi Allah.
- Pengertiannya Sifat Wajib
Sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang harus ada pada Zat Allah sebagai
kesempurnaan baginya. Allah adalah Khaliq zat yang memiliki sifat yang tidak
mungkin sama dengan sifat yang dimiliki oleh mahluknya. Zat Allah tidak bisa dibayangkan
bagaimana bentuknya, rupa dan ciri-cirinya begitu juga sifat-sifatnya. Tidak
bisa disamakan dengan sifat-sifat mahluk.
Sifat-sifat wajib bagi Allah itu
diyakini melalui akal (wajib ‘Aqli) dan berdasarkan dalil naqli (Al-Quran dan
Hadist).
- Pembagian sifat-sifat wajib bagi Allah
Menurut para ulama ilmu kalam sifat-sifat wajib bagi Allah terdiri dari
atas 20 sifat, dari 20 sifat itu dikelompokkan menjadi 4 kelompok sebagai
berikut :
a. Sifat
Nafsiyah
Yaitu sifat yang berhubungan dengan zat Allah. Sifat Nafsiyah ini ada satu,
yaitu wujud.
b. Sifat
Shalbiyah
Yaitu sifat yang meniadakan adanya sifat sebaliknya. Sifat shalbiyah ini
ada lima, yaitu : Qidam, Baqa, Mukhalafatuhu lilhawadist, Qiyamuhu Binafsihi,
Wahdaniyah.
c. Sifat
Ma’ani
Yaitu sifat-sifat abstrak yang wajib ada pada Allah. Yang termasuk sifat
ma’ani ada tujuh, yaitu : Qudrah, Iradah, ‘ilmu, Hayat, Sama’, Bashar, kalam.
d. Sifat
Ma’nawiyah
Sifat ma’nawiyah adalah kezaliman dari sifat ma’ani, sifat ma’nawiyah tidak
dapat berdiri sendiri, sebab setiap ada sifat ma’ani tentu ada sifat
ma’nawiyah. Jumlah sifat ma’nawiyah sama dengan jumlah sifat ma’ani, yaitu :
Qadiran, Muridan, ‘Aliman, Hayyan, Sami’an, Bashiran, Mutakalliman.
E. Manfaat
Beriman Kepada Allah
Manfaat
besar yang dapat kita petik karena beriman kepada Allah diantaranya :
- menguatkan Tauhid kepada Allah sehingga seseorang yang telah beriman kepada Allah tidak akan mengagungkan dirinya kepada sesuaatu selain Allah, baik dengan cara berharap ataupun takut kepadanya, dan ia tidak akan menyembah selain Allah.
- Sesorang akan mencintai Allah secara sempurna dan akan mengagungkannya sesuai dengan nama-namanya yang baik dan sifat yang mulia.
- mewujudkan penghambaaan diri kepada Allah yaitu dengan melakukan apa yang diperintahkannya dan menjauhi apa yang dilarangya.
Adapun
fungsi beriman kepada Allah yang ketentuannya dalam sikap dan kepribadian
manusia sebagai berikut :
- Menyadari kelemahan diri di depan Allah
- Menyadari bahwa segala sesuatu yang dinikmati dalam kehidupan ini berasal dari Allah SWT.
- Menyadari bahwa dirinya pasti akan kembali kepada Allah dan dimintai pertanggung jawaban atas segala perbuatan yang pernah dilakukan.
- Sadar dan segera bertaubat apabila terjadi kekhilafab dalam berbuat dosa dan segera memohon ampun serta bertaubat kepada Allah SWT sebagaiman firman Allah Q.S Al-imran : 135.
وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا
أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ فَاسْتَغْفَرُوا لِذُنُوبِهِمْ وَمَنْ يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ إِلَّا اللَّهُ وَلَمْ يُصِرُّوا عَلَى مَا فَعَلُوا وَهُمْ
يَعْلَمُونَ(135)
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun
terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain
daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui.
DAFTAR PUSTAKA
§ Mesan
Alfat. Aqidah Akhlak. Semarang. Penerbit
: CV Toha Putra. 1994.
§ Syekh
Muhammad bin Shalih Al-Hukaimi. Sifat Allah dalam pandangan Ibn Taimiyah.
Jakarta. Penerbit : Pustaka Azzam. 2005
§ Aminuddin,
H. Pardi yatim, M. Suyono dan Slamet Abidin. Pendidikan Agama Islam. Jakarta.
Penerbit : Bumi Aksara. 2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar